Maulid, Id dan Natal
Syubhat
Mereka yang menentang maulid mengatakan bahwa letak
kebid`ahan maulid adalah karena
maulid telah dijadikan sebagai salah
satu hari id (hari raya) umat islam
padahal hari id merupakan bagian dari Syariat sehingga untuk menetapkannya
harus memiliki sumber yang datang dari Rasulullah dan id yang telah ditetapkan oleh Rasulullah hanyalah
Idul Fitri dan Idul Adha saja. Rasulullah sendiri tidak pernah menjadikan hari kelahirannya sebagai hari id
dan tidak pernah memerintahkannya. Selain itu mereka yang melakukan maulid
berarti telah meniru perbuatan orang Nasrani yang menjadikan kelahiran Nabi Isa
sebagai hari id mereka (natal). Padahal Rasulullah pernah bersabda :
من تشبه
بقوم فهؤ
منهم ) أبي داود(
“Setiap orang yang meniru-niru
suatu kaum, maka orang tersebut termasuk di dalamnya.” (HR Abu Dawud)
Kami Menjawab
Kesalahan mereka terletak pada pemahaman yang salah
mengenai makna Id, mereka menganggap Id
sebagai perayaan yang harus diperingati secara rutin setiap tahun, padahal secara
bahasa Id adalah hari berkumpulnya manusia,
sedangkan Id menurut orang arab adalah waktu yang disitu berulang
kegembiraan atau kesedihan, dinamakan hari raya sebagai id karena di hari itu
kegembiraan yang baru berulang tiap
tahunnya(1).
Jadi dari segi bahasa tidak ada masalah jika kita
menamakan hari-hari berkumpulnya manusia atau perayaan moment-moment yang
menggembirakan seperti maulid dan sebagainya sebagai hari id, dalam Al quran
sendiri Nabi Isa menamakan hari dimana hidangan dari langit turun sebagai hari id, Allah SWT berfirman :
}رَبَّنَا
أَنزلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لأوَّلِنَا
وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ } [سورة المائدة: 114]
“Isa
putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu
hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami
yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi
tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rezekilah kami, dan Engkaulah pemberi
rezki yang paling Utama". (QS Al Maidah : 144)
Jika
Nabi Isa menjadikan hari datangnya
hidangan dari langit sebagai hari yang patut dirayakan oleh orang terdahulu dan
terkemudian , maka datangnya rasulullah yang merupakan rahmat semesta alam ke
muka bumi ini lebih patut untuk dirayakan dari hanya sekedar makanan.
Bahkan
Ibnu Abbas mengatakan bahwa hari turunnya ayat اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي adalah hari yang
terkumpul didalamnya dua id yaitu hari jum`at dan hari arafah sebagaimana yang dikisahkan dalam hadits :
عن
عمار بن أبي عمار أن ابن عباس : قرآ هذه الآية { اليوم
أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي } إلى آخر الآية وعنده يهودي فقال : لو أنزلت
علينا هذه الآية لاتخذها يومها عيدا فقال ابن عباس : فإنها نزلت في يوم عيدين [
اثنين ] جمعة ويوم عرفة
Dari Ammar bin Abi Ammar berkata
bahwasanya Sahabat Ibnu Abbas membaca ayat ini (الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى ) sampai akhir ayat, sedangkan disampingnya terdapat seorang yahudi, dia
berkata “ andai ayat ini diturunkan kepada kami (yahudi) maka kami akan
menjadikannya hari turunnya sebagai hari id, maka Ibnu Abbas berkata :
sesungguhnya ayat ini turun di dua hari id yaitu Jum`at dan Hari arafah (HR Thabrani) (2)
Dan tidak diragukan lagi bahwa kelahiran Rasulullah ke
muka bumi ini merupakan hari gembira bagi manusia bahkan bagi semesta alam,
karena beliau diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, maka mengingatnya sebagai hari kegembiraan bukan hanya diperbolehkan
bahkan diperintahkan Allah dalam firmannya :
قُلْ
بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا
يَجْمَعُونَ (58) [يونس : 58[
“ Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan
rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya
itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".
(QS Yunus : 58)
Dalam
ayat ini, Allah memerintahkan kita untuk bergembira atas karunia dan rahmat
yang Allah berikan pada kita, ini berarti kegembiraan atas kelahiran Rasulullah yang merupakan rahmat bagi semesta alam, merupakan hal yang harus ada dalam diri setiap Muslim.
Dari sini menjadi jelas bahwa pengertian Id sangat luas
tidak hanya terbatas pada Idul Fitri dan
Idul Adha saja. Hari Jum`at bisa kita
katakan Id, hari Arafah, Hari turunnya Hidangan dari langit dan semua hari-hari
gembira bisa kita katakan Id.
Ini jika memang kita mengatakan maulid sebagai hari id,
akan tetapi pada kenyataannya mereka yang merayakan maulid tidak memandang hari
maulid sebagai hari id seperti halnya hari Idul Fitri atau Idul Adha, mereka hanya
memandangnya sebagai hari untuk mengenang Rasulullah dan mengungkapan
kegembiraannya atas kelahiran beliau. Jika demikian maka apa
yang mereka musykilkan mengenai maulid dan kaitannya dengan id tidak terbukti.
Sedangkan mengenai pernyataan yang mengatakan bahwa
perayaan maulid termasuk bentuk meniru perbuatan nasrani, ini merupakan
tuduhan yang tidak berdasar,
pertama
karena kaum nasrani di hari natal memperingati kelahiran Tuhan atau anak tuhan
mereka dan mengagungkannya sedangkan kita memperingati kelahiran Nabi kita,
tidak ada dari kita yang menganggap Beliau sebagai anak tuhan, jelas ini
perbedaan yang sangat besar.
Kedua
karena peringatan kelahiran Rasulullah justru merupakan hal yang dicontohkan
oleh Rasulullah walaupun dengan cara yang berbeda. Rasulullah saw ketika
ditanya mengenai puasa hari senin beliau menjawab :
ذَاكَ
يَوْمٌ وُلِدْتُ فيه وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أو أُنْزِلَ عَلَيَّ فيه
“Hari itu hari aku dilahirkan, dan hari aku diutus
atau diturunkan kepadaku wahyu di hari itu” (HR Muslim)(3)
Inti dari hadits tersebut adalah bahwa Rasulullah
memperingati hari kelahirannya setiap hari senin, yaitu dengan berpuasa di hari
itu, hadits Ini adalah dasar bolehnya memperingati hari kelahiran Beliau.
Apakah
ini berarti rasulullah bertasyabuh dengan kaum nasarani karena memperingati hari kelahirannya
?
Mengagungkan hari kelahiran bukanlah kekhusussan kaum nasrani sehingga orang yang melakukannya dapat
dikatakan bertasyabuh dengan mereka.
Hari
kelahiran memiliki keistimewaan tersendiri bagi seseorang. Bergembira di hari
kelahiran bukan hal tercela asal diisi dengan ibadah.
Oleh karena itu Rasulullah mengajarkan kita dengan memperingati hari
kelahirannya dengan berpuasa
Salah
satu hal yang membuat jum`at menjadi hari istimewa adalah karena disitu nabi Adam
diciptakan . Rasulullah bersabda :
خَيْرُ يَوْمٍ طَلَعَتْ
عَلَيْهِ الشَّمْسُ يَوْمُ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ أُدْخِلَ
الْجَنَّةَ وَفِيهِ أُخْرِجَ مِنْهَا).
صحيح مسلم , 2013(
Hari
terbaik dimana matahari terbit didalamnya adalah hari jum`at disitu diciptakan
adam, dan disitu dimasukan adam ke surga dan dikeluarkan darinya
(Hr Muslim)
Di
dalam Al Qur`an, Allah SWT melimpahkan kesejahteraan di hari-hari kelahiran
para nabi. Di antaranya kelahiran Nabi Isa :
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ
يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا [مريم: 33
[
Dan
kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari
aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali".
(Maryam : 33)
Dan
kelahiran nabi Yahya :
وَسَلَامٌ عَلَيْهِ
يَوْمَ وُلِدَ وَيَوْمَ يَمُوتُ وَيَوْمَ يُبْعَثُ حَيًّا [مريم: 15]
Kesejahteraan
atas dirinya pada hari ia dilahirkan dan pada hari ia meninggal dan pada hari
ia dibangkitkan hidup kembali.
(Maryam : 15)
Tentu
kesejahteraan yang Allah limpahkan kepada Rasulullah di hari lahirnya lebih
agung lagi.
Jadi jelas bahwa perayaan maulid bukanlah tindakan
menyerupai orang-orang Nasrani, bahkan memiliki dasar yang kuat, sebenarnya
justru mereka yang melarang maulid lah yang tidak memiliki sumber hukum yang
jelas baik dari Al Qur`an maupun Al Hadits, adakah dalil yang melarang untuk
memperingati kelahiran beliau?
Syaikh Ibnu Taimiyah sendiri dalam kitabnya “Iqtidha”
berkata : “ Begitu juga apa yang dilakukan sebagian manusia (maulid) ini
bisa jadi merupakan tindakan yang menyerupai orang nasrani dalam merayakan hari
kelahiran Nabi isa atau bisa jadi merupakan perbuatan yang didorong oleh rasa
cinta kepada Nabi saw dan mengagungkan Beliau, dan Allah memberi pahala atas
kecintaan dan usaha ini bukan atas bid`ah dengan menjadikan maulid nabi saw
sebagai hari Id”(4)
Dalam perkataan Syaikh Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa
mereka yang merayakan maulid karena kecintaan kepada Rasulullah akan
mendapatkan ganjaran yang baik atas kecintaanya, berbeda dengan mereka yang
menjadikannya sebagai hari Id. Dan telah kita bahas di atas bahwa tidak ada
satupun dari mereka yang merayakan maulid yang menyetarakan maulid dengan Idul
Adha dan Idul Fitri, keduanya tetap hari raya umat islam, dan maulid adalah
hari untuk mengagungkan Nabi Muhammad.
Referensi
(1)تهذيب
اللغة - (ج 1 / ص 352)
وقال الليث: العِيد: كل
يوم مَجْمع، وسُمى عيداً لأنهم قد اعتادوه. قال: واشتقاقه من عاد يعود كأنهم
عادوا إليه. وقال العجاج يصف الثور الوحشي:
واعتاد أرباضا لها آرِيّ ... كما يعود العيد نصراني فجعل العيد من عاد يعود. قال:
وتحوّلت الواو في العيد ياء لكسرة العين. قال: وتصغير عيد عُييد، تركوه على
التغيير؛ كما أنهم جمعوه أعياداً ولم يقولوا: أعواداً. قال: والعِيدية: نجائب
منسوبة معروفة. وقال غيره:
مااعتادك من الهم فهو عيد. وقال المفضل: عادني عيدي أي عادتى. وأنشد: عاد قلبي من الطويلة عِيد أراد بالطويلة روضة بالصَّمّان تكون
ثلاثة أميال في مثلها. وأمَّا قول تأبَّط شرا.
ياعيدُ مالك من شوق وإيراق ... ومَرَّ طيف من الأهوال
طرَّاق قال أراد يأيها
المعتادى. وقوله: مالك من شوق كقولك: مالك من فارس، وأنت تتعجب من فروسيته وتمدحه.
ومثله: قاتله الله من شاعر. " ابن الأنباري في قوله: ياعيد مالك
العيد: مايعتاده من الحزن والشوق " .
وقوله: مالك من شوق أي ما أعظمك من شوق. ويروى:
ياهَيَد مالك. ومعنى ياهَيْد: ماحالك وماشأنك، ويقال: أتى فلان القوم فما قالوا
له: هَيْد مالك أي ماسألوه عن حاله. قال: والعيد عند العرب: الوقت الذي يعود
فيه الفرح والحزن، وكان في الأصل العِوْد فلَّما سكنت الواو وانكسر ماقبلها
صارت ياء " . وقال أبو عدنان
يقال عَيْدنت النخلةُ إذا صارت عَيْدانة. وقال المسيَّب بن عَلَس: والأُدْم كالعَيْدان آزرها ... تحت
الأشَاء مكمّم جَعْلُ قلت أنا: من جعل
العيدان فيعالا جعل النون أصلية والياء زائدة. ودليله على ذلك قولهم: عيدنت
النخلة. ومن جعله فعلان مثل سيحان من ساح يسيح جعل الياء أصلية والنون زائدة.
ومثله هَيْمان وعَيْلان. " الأصمعي: العَيْدانة: شجرة صُلبة
قديمة لها عروق نافذة إلى الماء. وأنشد:
تحاوبن في عَيْدانة مُرْجحِنَّة ... من السّددر
رَوَّاها المصيفَ مَسِيلُ قال آخر:
بَوَاسِق النخلَ أبكارا وعُونا " .
ثعلب عن ابن الأعرابي: سُمِّي العيِد عِيدا لأنه
يعود كل سنة بفرح مجدَّد. قال ثعلب: وأصل العيد عِوْد فقلبت الواو ياء ليفرقوا
بين الاسم الحقيقي وبين المصدر. وقال شمر
العِيديَّة: ضرب من الغنم وهي الأنثى من البُرقان، والذكر خروف، فلا يزال اسمه حتى
تُعَقّ عقيقته.
(2)المعجم
الكبير - (ج 12 / ص 184)
12835
- حدثنا يوسف القاضي ثنا سليمان بن حرب ثنا حماد ابن سلمة عن عمار بن أبي عمار أن
ابن عباس : قرآ هذه الآية { اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي } إلى آخر
الآية وعنده يهودي فقال : لو أنزلت علينا هذه الآية لاتخذها يومها عيدا فقال ابن
عباس : فإنها نزلت في يوم عيدين [ اثنين ] جمعة ويوم عرفة
سنن
الترمذى - (ج 11 / ص 290)
- حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا
يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ عَنْ عَمَّارِ بْنِ
أَبِى عَمَّارٍ قَالَ قَرَأَ ابْنُ عَبَّاسٍ (الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ
دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ
دِينًا) وَعِنْدَهُ يَهُودِىٌّ فَقَالَ لَوْ أُنْزِلَتْ هَذِهِ عَلَيْنَا
لاَتَّخَذْنَا يَوْمَهَا عِيدًا. قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ فَإِنَّهَا
نَزَلَتْ فِى يَوْمِ عِيدٍ فِى يَوْمِ جُمُعَةٍ وَيَوْمِ عَرَفَةَ. قَالَ
أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَهُوَ
صَحِيحٌ.
صحيح
البخاري - (ج 1 / ص 25)
45 - حدثنا الحسن
بن الصباح سمع جعفر بن عون حدثنا أبو العميس أخبرنا قيس بن مسلم عن طارق بن شهاب
عن عمر بن الخطاب أن رجلا من اليهود قال له
: يا أمير المؤمنين آية في كتابكم تقرؤونها لو علينا معشر اليهود نزلت -
لاتخذنا ذلك اليوم عيدا . قال أي آية ؟ قال { اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم
نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا } . قال عمر قد عرفنا ذلك اليوم والمكان الذي
نزلت فيه على النبي صلى الله عليه و سلم وهو قائم بعرفة يوم جمعة
شرح
النووي على مسلم - (ج 9 / ص 394)
-
قَوْله فِي قَوْله تَعَالَى : ( { الْيَوْم أَكْمَلْت لَكُمْ دِينكُمْ } إِنَّهَا
نَزَلَتْ لَيْلَة جَمْع ، وَنَحْنُ مَعَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِعَرَفَاتٍ ) هَكَذَا
هُوَ النُّسَخ الرِّوَايَة : ( لَيْلَة جَمْع ) وَفِي نُسْخَة اِبْن مَاهَانِ : (
لَيْلَة جُمْعَة ) ، وَكِلَاهُمَا صَحِيح . فَمَنْ رَوَى ( لَيْلَة جَمْع ) فَهِيَ
لَيْلَة الْمُزْدَلِفَة ، وَهُوَ الْمُرَاد بِقَوْلِهِ : ( وَنَحْنُ بِعَرَفَاتٍ
فِي يَوْم جُمْعَة ) ؛ لِأَنَّ لَيْلَة جَمْع هِيَ عَشِيَّة يَوْم عَرَفَات ،
وَيَكُون الْمُرَاد بِقَوْلِهِ : ( لَيْلَة جُمْعَة ) يَوْم جُمْعَة ، وَمُرَاد
عُمَر رَضِيَ اللَّه عَنْهُ إِنَّا قَدْ اِتَّخَذْنَا ذَلِكَ الْيَوْم عِيدًا مِنْ
وَجْهَيْنِ ؛ فَإِنَّهُ يَوْم عَرَفَة ، وَيَوْم جُمْعَة ، وَكُلّ وَاحِد
مِنْهُمَا عِيد لِأَهْلِ الْإِسْلَام .
(3)صحيح
مسلم - (2 / 819(
1162 حدثنا
محمد بن الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بن بَشَّارٍ واللفظ لابن الْمُثَنَّى قالا حدثنا
محمد بن جَعْفَرٍ حدثنا شُعْبَةُ عن غَيْلَانَ بن جَرِيرٍ سمع عَبْدَ اللَّهِ بن
مَعْبَدٍ الزِّمَّانِيَّ عن أبي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
سُئِلَ عن صَوْمِهِ قال فَغَضِبَ رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فقال عُمَرُ رضي
الله عنه رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ
رَسُولًا وَبِبَيْعَتِنَا بَيْعَةً قال فَسُئِلَ عن صِيَامِ الدَّهْرِ فقال لَا صَامَ
ولا أَفْطَرَ أو ما صَامَ وما أَفْطَرَ قال فَسُئِلَ عن صَوْمِ يَوْمَيْنِ
وَإِفْطَارِ يَوْمٍ قال وَمَنْ يُطِيقُ ذلك قال وَسُئِلَ عن صَوْمِ يَوْمٍ
وَإِفْطَارِ يَوْمَيْنِ قال لَيْتَ أَنَّ اللَّهَ قَوَّانَا لِذَلِكَ قال وَسُئِلَ
عن صَوْمِ يَوْمٍ وَإِفْطَارِ يَوْمٍ قال ذَاكَ صَوْمُ أَخِي دَاوُدَ عليه
السَّلَام قال وَسُئِلَ عن صَوْمِ يَوْمِ الإثنين قال ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ
فيه وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أو أُنْزِلَ عَلَيَّ فيه قال فقال صَوْمُ ثَلَاثَةٍ من
كل شَهْرٍ وَرَمَضَانَ إلى رَمَضَانَ صَوْمُ الدَّهْرِ قال وَسُئِلَ عن صَوْمِ
يَوْمِ عَرَفَةَ فقال يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ قال
وَسُئِلَ عن صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فقال يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وفي
هذا الحديث من رِوَايَةِ شُعْبَةَ قال وَسُئِلَ عن صَوْمِ يَوْمِ الإثنين
وَالْخَمِيسِ فَسَكَتْنَا عن ذِكْرِ الْخَمِيسِ لَمَّا نُرَاهُ وَهْمًا
(4)اقتضاء
الصراط - (ج 1 / ص 293)
فزاد
بعض أهل الأهواء في ذلك حتى زعموا أنه عهد إلى علي رضي الله عنه بالخلافة بالنص
الجلي بعد أن فرش له وأقعده على فرش عالية وذكروا كلاما باطلا وعملا قد علم
بالاضطرار أنه لم يكن من ذلك شيء وزعموا أن الصحابة تمالؤا على كتمان هذا النص
وغصبوا الوصي حقه وفسقوا وكفروا إلا نفرا قليلا
والعادة التي جبل الله عليها بني آدم ثم ما كان عليها القوم من الأمانة
والديانة وما أوجبته شريعتهم من بيان الحق يوجب العلم اليقيني بأن مثل هذا يمتنع
كتمانه وليس الغرض الكلام في مسألة
الإمامة وإنما الغرض أن اتخاذ هذا اليوم (ج 1 / ص 294)عيدا محدث لا
أصل له فلم يكن في السلف لا من أهل البيت ولا من غيرهم من اتخذ ذلك عيدا حتى يحدث
فيه أعمالا إذ الأعياد شريعة من الشرائع فيجب فيها الاتباع لا الابتداع
وللنبي صلى الله عليه و سلم خطب وعهود ووقائع في أيام متعددة مثل يوم بدر وحنين
والخندق وفتح مكة ووقت هجرته ودخوله المدينة وخطب له متعددة يذكر فيها قواعد الدين
ثم لم يوجب ذلك أن يتخذ مثال تلك الأيام أعيادا وإنما يفعل مثل هذا النصارى الذين
يتخذون أمثال أيام حوادث عيسى عليه السلام أعيادا أو اليهود وإنما العيد شريعة فما
شرعه الله اتبع وإلا لم يحدث في الدين ما ليس منه وكذلك ما يحدثه بعض الناس إما مضاهاة للنصارى في
ميلاد عيسى عليه السلام وإما محبة للنبي صلى الله عليه و سلم وتعظيما له والله قد
يثيبهم على هذه المحبة والاجتهاد لا على البدع من اتخاذ مولد النبي صلى الله عليه
و سلم عيدا (ج 1 / ص 295) مع
اختلاف الناس في مولده فإن هذا لم يفعله السلف مع قيام المقتضى له وعدم المانع منه
ولو كان هذا خيرا محضا أو راجحا لكان السلف رضي الله عنهم أحق به منا فإنهم كانوا
أشد محبة لرسول الله صلى الله عليه و سلم وتعظيما له منا وهم على الخير أحرص وإنما
كمال محبته وتعظيمه في متابعته وطاعته واتباع أمره وإحياء سنته باطنا وظاهرا ونشر
ما بعث به والجهاد على ذلك بالقلب واليد واللسان فإن هذه هي طريقة السابقين
الأولين من المهاجرين والأنصار والذين اتبعوهم بإحسان وأكثر هؤلاء الذين تجدونهم
حرصاء على أمثال هذه البدع مع مالهم فيها من حسن القصد والاجتهاد الذي يرجى لهم به
المثوبة تجدونهم فاترين
اقتضاء الصراط (ص: 297)
فتعظيم
المولد واتخاذه موسما قد يفعله بعض الناس ويكون له فيه أجر عظيم لحسن قصده وتعيظمه
لرسول الله صلى الله عليه وآله وسلم كما قدمته لك أنه يحسن من بعض الناس ما يستقبح من المؤمن المسدد ولهذا قيل
للامام أحمد عن بعض الأمراء إنه أنفق على مصحف ألف دينار ونحو ذلك فقال دعه فهذا
أفضل ما أنفق فيه الذهب