Hukum Memperingati Maulid Nabi Muhammad saw
A. Fatwa Para Ulama
al-Imam Abu Syamah (Abdurrahman bin
Ismail) yang wafat pada 655 H, guru dari al-Imam Nawawi rahimahullah berkata: "Sesungguhnya
termasuk salah satu bid'ah yang paling baik, yang dilakukan orang-orang pada
masa kita ini adalah PERINGATAN maulid Nabi saw yang dilaksanakan setiap tahun,
baik pada hari maulid, atau malamnya, diantaranya dengan memperbanyak sedekah,
menampakkan kegembiraan dan keriangan. Lagipula yang demikian itu adalah
termasuk salah satu kebaikan kepda golongan faqir miskin."
al-Imam Jalaluddin al-Suyuthi
al-Syafi'i (849-911 H) pernah ditanya tentang peringatan maulid Nabi saw,
apakah ia baik atau tercela. Sang Imam menjawab: "Menurutku peringatan
maulid Nabi saw, yang inti kegiatannya terdiri dari: berkumpul dan
bersilaturahminya kaum muslimin, pembacaan ayat-ayat al-Qur'an, penyampaian
riwayat-riwayat tentang situasi dan kondisi kelahiran beliau sallallahu 'alaihi
wa sallam, kemudian dihidangkan makanan/minuman, dan jamaah pun menikmatinya;
lalu mereka pun membubarkan diri; yang demikian itu adalah termasuk BID'AH
HASANAH, yang akan diberikan pahala. Hal itu karena didalamnya terdapat rasa
pengagungan kepada Nabi Muhammad saw, menampakkan rasa gembira, dan suka cita
akan tibanya maulid Nabi yang mulia itu" (lihat 'Ianah al-Thalibin,
juz 3 hal. 363).
Perlu diketahui bahwa Imam
al-Suyuthi ini adalah salah seorang ulama besar dalam mazhab Syafi'i. Kitab
karangan beliau lebih dari 500 buah yang meliputi berbagai disiplin ilmu
keislaman seperti; tafsir, hadits, fiqih, ushul fiqih, 'ulumul Qur'an, sejarah,
nahwu, shorof, balaghoh, mushtholah, kedokteran, dan lain sebagainya.
Imam Sakhowi berkata: "Sesungguhnya amalan maulid, yang muncul
setelah kurun ke-tiga dan dikerjakan banyak kaum muslimin di berbagai negara,
seperti mereka bersedekah di dalamnya, dan membaca riwayat-riwayat kelahiran
beliau saw, jelas karena mereka ingin mendapatkan keberkahan dari Allah
swt"
Ibnu al-Jauzi berkata: "Diantara
kekhususan amalan maulid ini adalah barang siapa yang melaksanakannya, dan
menampakkan kegembiraannya akan kelahiran Nabi Muhammad saw, maka dapat
dipenuhi oleh Allah swt keinginannya"
B. Dalil Naqly Peringatan Maulid
Nabi saw
Para ulama syafi'iyyah memfatwakan
bahwa pelaksanaan maulid nabi saw itu temasuk bid'ah hasanah (bid'ah
yang baik), selama hanya diniatkan untuk mengagungkan junjungan kita Nabi
Muhammad saw, bahkan orang yang melaksanakannya akan mendapat pahala dari Allah
swt. Hal ini berdasarkan kepada firman Allah swt:
الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ
الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي
التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ
إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آَمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ
وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
(157)
"(yaitu) orang-orang
yang mengikut rasul, Nabi yang Ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis dalam
Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang
ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan perkara mungkar, dan menghalalkan
bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada meeka.
Maka, orang-orang yang beriman kepadanya, MEMULIAKANNYA, menolongnya,
dan mengikuti cahaya terang (al-Qur'an) yang diturunkan kepadanya, mereka itulah
orang-orang yang beruntung" (QS. al-A'raf: 157)
Dalam ayat ini, Allah swt
menyebutkan kriteria orang-orang yang beruntung di akhirat kelak. Menurut Allah
swt, orang-orang yang beruntung itu adalah mereka yang: beriman kepada Allah
dan Nabi, mau memuliakan nabi-nabi, menolong dakwah para nabi, dan
mengikuti cahaya (petunjuk) al-Qur'an. Dalam konteks ini, peringatan maulid
Nabi saw termasuk ke dalam kategori : memuliakan utusan Allah swt.
Allah swt juga telah berfirman:
وَلَقَدْ أَخَذَ
اللَّهُ مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيبًا
وَقَالَ اللَّهُ إِنِّي مَعَكُمْ لَئِنْ أَقَمْتُمُ الصَّلَاةَ وَآَتَيْتُمُ الزَّكَاةَ
وَآَمَنْتُمْ بِرُسُلِي وَعَزَّرْتُمُوهُمْ وَأَقْرَضْتُمُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا
لَأُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَلَأُدْخِلَنَّكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ
تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ
السَّبِيلِ (12)
"dan sesungguhnya Allah telah
mengambil perjanjian dari Bani Israil dan telah Kami angkat dari mereka 12
orang pemimpin dan Allah berfirman: Sesungguhnya Aku beserta kamu, jika kamu
mendirikan shalat, dan menunaikan zakat, serta beriman kepada rasul-rasulku,
dan kamu MULIAKAN mereka, lalu kamu berikan kepada Allah pinjaman yang baik,
maka sungguh akan Aku hapuskan kamu dari dosa-dosamu, dan Aku akan memasukkan
kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai" (QS. al-Maidah: 12)
Dalam ayat ini, Allah bahkan
langsung menyebutkan ganjaran pahala berupa dihapuskannya dosa-dosa kecil, dan
menjadi ahli surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Tentu bagi kita,
ganjaran pahala yang seperti inilah yang kita harapkan. Pertanyaannya adalah,
kepada siapa ganjaran pahala yang seperti ini Allah berikan?
Allah swt telah menjawab itu dalam
ayat di atas, bahwa ganjaran pahala yang seperti ini akan diberikan kepada
orang-orang yang: mendirikan shalat, menunaikan zakat, beriman kepada para
rasul, memuliakan mereka, dan mau bersedekah.
Jelas bagi kita, bahwa melaksanakan
peringatan maulid Nabi Muhammad saw termasuk ke dalam bentuk 'memuliakan para
rasul' itu.
Allah swt juga telah berfirman:
كُلَّمَا أَرَادُوا
أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا مِنْ غَمٍّ أُعِيدُوا فِيهَا وَذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
(22)
"Barang siapa yang MENGAGUNGKAN
syi'ar-syi'ar Allah, maka itu adalah perwujudan dari hati yang bertakwa" (QS. al-Hajj: 22)
Nyatalah bagi kita bahwa Nabi
Muhammad saw adalah salah satu syi'ar (tanda) Allah swt yang paling besar.
Kemunculannya ke dunia menjadi sebab utama dikenalnya Allah swt oleh manusia di
bumi ini. Maka sudah sewajarnya bila kita, sebagai umat Nabi sedikit "tahu
diri" dan bergembira menyambut hari lahirnya Nabi saw. Tentu saja, dengan
niat tulus mengagungkan dan memuliakannya, bukan untuk MENYETARAKAN nya dengan
Allah swt, seperti cara-cara kaum Nashrani yang begitu berlebihan dalam
memuliakan Nabi Isa bin Maryam as.
Allah swt juga berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ
وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ (58)
"Katakanlah: Dengan karunia
Allah swt dan rahmat-Nya, hendaklah kamu sekalian bergembira" (QS. Yunus: 58)
Ibnu Abbas rahimahullah suatu ketika
ditanya tentang kata "karunia" dan "rahmat" dalam firman
Allah swt tersebut, dan beliau menjawab:
"Yang dimaksud dengan "karunia' itu
adalah ilmu, sedangkan "rahmat" dalam ayat itu adalah Nabi
Muhammad saw. Lalu beliau membaca ayat:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ
إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (107)
"dan tidaklah Kami mengutusmu
(wahai Muhammad) kecuali untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam" (QS. al-Anbiya': 107)
Selain itu, dalam sebuah hadits dari
Abu Qatadah disebutkan:
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ الِاثْنَيْنِ فَقَالَ فِيهِ وُلِدْتُ وَفِيهِ أُنْزِلَ
عَلَيَّ
"Rasulullah saw ditanya tentang
puasanya pada hari senin. Beliau menjawab: Karena pada hari ini aku dilahirkan
dan pada hari ini pula Allah menurunkan wahyu-Nya kepadaku"
Jadi berdasarkan hadits di atas,
jelas bagi kita bahwa akar dari peringatan maulid Nabi saw sudah terlacak
sampai kepada Rasulullah saw. Dimana bentuk peringatan beliau adalah dengan
melaksanakan ibadah puasa. Kenapa Nabi saw tidak merayakannya seperti kita?
Mengapa beliau tidak memerintahkan para sahabat untuk menggelar peringatan dan
perayaan akan kelahirannya?
Tentu saja, karena Nabi Muhammad saw
adalah seorang yang sangat pemalu dan tinggi tawadhu'nya (rendah hati). Sungguh
tidak etis bagi beliau untuk memerintahkan para sahabat melakukan itu, karena
beliau bukan sosok yang gila hormat dan gila pujian.
Akan tetapi, beliau sangat
menghormati orang lain dan memerintahkan untuk saling menghormati. Dalam salah
satu riwayat disebutkan:
Saat Nabi saw sedang bersama para
sahabat, untuk mendiskusikan hukuman bagi kaum yahudi Bani Quraidza; tiba-tiba
datanglah Sa'ad bin Mu'adz, kepala suku Aus dari golongan Anshar. Melihat para
anak buahnya biasa saja dengan kedatangan Sa'ad bin Mu'adz ini, Nabi saw lalu
bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ أُنَاسًا نَزَلُوا عَلَى حُكْمِ سَعْدِ بْنِ مُعَاذٍ فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ فَجَاءَ
عَلَى حِمَارٍ فَلَمَّا بَلَغَ قَرِيبًا مِنْ الْمَسْجِدِ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُومُوا إِلَى خَيْرِكُمْ أَوْ سَيِّدِكُمْ
"Berdirilah kamu, dan sambutlah
sayyid (pemimpin) kamu ini"
(Tarikh Islam-Muhammad Rasulullah,
oleh Muhammad Ridho, halaman: 238)
Jadi bahkan Rasulullah saw,
memerintahkan agar kita berdiri dan menyambut dengan hormat kedatangan
orang-orang besar atau pemimpin-pemimpin kita.
Lalu bagaimana dengan Rasulullah
saw? Tentu lebih utama bagi kita untuk menghormati dan menyanjung beliau.
Dalam sebuah hadits yang umum, Nabi
saw pernah bersabda:
عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ قَالَك: قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ
إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
"Belum
sempurna iman salah seorang dari kamu sehingga ia menjadikan aku lebih ia
cintai ketimbang orang tuanya, anaknya, dan manusia pada umumnya"
(Hr. Bukhori-Muslim)
Sungguh tidak ada keraguan bagi
kita, bahwa kita melaksanakan maulid Nabi Muhammad SAW ini adalah sebagai
bentuk rasa cinta dan sayang kita kepada Nabi Muhammad saw dan kami merasa Heran kepada sebagian
kaum muslim yang mereka mengkafirkan orang-orang yang membaca sejarah kelahiran
nabi Muhammad SAW tapi tidak mengkafirkan orang yang membaca sejarah orang
kafir
Allahumma shollli 'ala sayyidinaa
muhammad, wa 'ala aaali sayyidinaa muhammad.
Wallahu'alam
0 komentar:
Posting Komentar
Silakan Komentar Dengan Kata-Kata Yang Sopan Dan Baik.!